Dinas pendidikan kota Semarang menyelenggarakan kegiatan bedah SKL pada tanggal 8 sampai 10 Februari 2010 di UNISBANK Semarang. Bedah SKL ini diharapkan dapat menelaah dan menyusun prediksi soal Ujian Nasional tahun 2010 yang natinya dapat digunakan oleh para peserta di sekolah masing-masing. Kegiatan yang ditujukan pada para guru terutama pengampu kelas XII pada 9 mata pelajaran yang diujikan secara Nasional, antara lain : Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Masing-masing mata pelajaran diikuti oleh 20 orang guru negeri dan swasta di kota Semarang.Yang melatar belakangi kegiatan ini adalah daya serap mata pelajaran yang diujikan secara nasional masih jauh dari harapan,. Kegiatan serupa juga pernah dilakukan setahun yang lalu, dan hasilnya secara signifikan dapat menaikkan daya serap lulusan tahun 2009 yang lalu. Oleh memberikan kontribuli yang lebih pada peningkatan daya serap dan peringkat kota Semarang terhadap kualitas maupun kuantitas lulusan di tahun 2010 ini.
Kegiatan bedah SKL khususnya pada mata pelajaran biologi dipandu langsung oleh ketua MGMP Biologi SMA kota Semarang, Drs. Agung Purwoko,M.Pd.
Mata pelajaran biologi mulai diujikan lagi secara nasional pada tahun 2008 yang lalu, Ini berarti baru dua kali mata pelajaran biologi diujikan secara nasional setelah sekian lama, siswa hanya diuji dengan 3 mapel saja, yaitu : Bahasa Indonesia, Bahas Inggris dan Matematika. Dua tahun berturut-turut, nilai rata-rata hasil UN mata pelajaran biologi secara nasional masih cukup memprihatinkan, bahkan dapat dikatakan paling rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran IPA yang lain, bahkan Matematika sekalipun.
Mengapa nilai UN Biologi rendah?. Banyak kemungkinan yang melatarbelakangi keadaan ini tentunya. Salah satunya misalnya adalah : Biologi diujikan pada jam ke dua hari pertama bersama dengan pelajaran bahasa Indonesia. Walaupun Bahasa Indonesia bahasa kita sendiri, tetapi butuh konsentrasi tinggi untuk menngerjakannya, sehingga dimungkinkan siswa sudah mengalami penurunan konsentrasi untuk dapat mengerjakan soal biologi. Selain itu biologi merupakan mata pelajaran yang fenomenal, yang berbeda karakteristiknya dengan Fisika dan kimia. Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi yang diujikan dalam mata pelajaran biologi juga sangat luas, sedangkan jumlah jam untuk PBM biologi sangat terbatas, apalagi bila dihadapkan pada pencapaian kompetens psikomotorik makin terasa kurangnya waktu untuk mengukur suatu kompetensi praktik sebagaimana yang diharapkan.
Kita tidak perlu berpolemik lebih jauh, kerena untuk bisa menetapkan biologi diujikan dihari lain, menentukan SKL dan KU, serta membuat struktur program pelajaran bukanlah kewenangan kita, sebagai guru. Sebaiknya kita menelaah apakah kita sudah berbuat yang terbaik, ataukah masih ada hal-hal yang perlu kita perbaiki. Ini semua demi membantu siswa siswi kita untuk pencapaian hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil analisis Ujian Nasional Tahun 2009, dapat dipetakan kekuatan dan kelemahan siswa dalam penguasaan materi biologi. Hasil analisis daya serap siswa yang dilakukan oleh Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan), materi yang belum dikuasai siswa secara nasional (hampir sama hasilya secara regional maupun tingkat sekolah) adalah sebagai berikut : daur hidup tumbuhan lumut / paku, perkembangbiakan tumbuhan berbiji, daur hidup invertebrate, kerusakan lingkungan, sel dan jaringan manusia, system peredaran darah, system pencernaan makanan, system regulasi/hormon, respirasi anerob, dan bioteknologi.
Mungkin saja kita, sebagai guru masih berusaha mencari pembelaan diri, kita sudah berusaha menjelaskan dengan rinci materi ini, tapi mengapa anak masih rendah daya serapnya. Ujian tulis juga tidak terlepas dengan hasil cetakan karena tampilan gambar yang kurang jelas mengakibatkan perbedaan persepsi pembaca. Beberapa soal juga tampil dengan kalimat yang kurang efektif dan bermakna ganda sehingga menimbulkan keraguan siswa.
Dalam kesempatan bedah SKL tanggal 8 sampai 10 Februari 2010, yang baru lalu Drs. Agung Purwoko, M.Pd menampilkan hasil analisis indikator soal UN tahun 2009 dan membandingkannya dengan KU yang ditetapkan oleh puspendik. Dari hasil diskusi diperoleh bahwa beberapa soal UN Biologi tahun 2009 memiliki kategori kognitif yang cukup tinggi, bahkan seolah lepas dari prediksi. Jika prinsip UKRK(Urgensi, Kontinyu, Relevansi dan Keterpakaian) dalam penyusunan soal benar-benar diterapkan maka, seharusnya bukan daur hidup tumbuhan Gymnospermae yang dikeluarkan, karena tumbuhan jenis ini jarang dan mendapat porsi kecil dalam pembahasan di kelas. Salah satu soal yang menarik adalah soal no.22 tentang regulasi hormon pada system reproduksi wanita. Stem/kalimat soal mengandung pernyataan yang membingungkan sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda dan dampaknya memungkinkan munculnya jawaban ganda.
Mengapa soal UN Biologi menjadi demikian Unpredicted?, menurut informasi dari pusat penilaian pendidikan karena kita belum membuat analisis SK-KD dengan benar. Kita selalu underestimated karena salah dalam menganalisis SK yang menjadi indikator pembelajaran pada saat menyusun silabus. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditetapkan oleh BSNP, merupakan kompetensi dasar terendah yang harus dikuasai oleh siswa, namun sayang dalam beberapa hal kita justru menyusun indikator yang tingkat kognitifnya lebih rendah dari SK-KD. Ini bukan kesalahan kita sepenuhnya, karena dalam diklat atau pelatihan pengembangan silabus, Tutor /guru pemandu juga memiliki persepsi yang kurang benar.
Bagaimana kita harus menyusun indikator soal untuk memprediksi soal UN?... sebaiknya kita ukur saja kebutuhan kita. Jika pola soal UN menginginkan tingkat kognitif tinggi maka kita susun indikator yang mirip dengan itu. ………………
Dalam kesempatan bedah SKL tanggal 8 sampai 10 Februari 2010, yang baru lalu Drs. Agung Purwoko, M.Pd menampilkan hasil analisis indikator soal UN tahun 2009 dan membandingkannya dengan KU yang ditetapkan oleh puspendik. Dari hasil diskusi diperoleh bahwa beberapa soal UN Biologi tahun 2009 memiliki kategori kognitif yang cukup tinggi, bahkan seolah lepas dari prediksi. Jika prinsip UKRK(Urgensi, Kontinyu, Relevansi dan Keterpakaian) dalam penyusunan soal benar-benar diterapkan maka, harusnya bukan daur hidup tumbuhan Gymnospermae yang dikeluarkan, karena tumbuhan jenis ini jarang dan mendapat porsi kecil dalam pembahasan di kelas. Salah satu soal yang menarik adalah soal no.22 tentang regulasi hormon pada system reproduksi wanita. Stem/kalimat soal agak membingungkan sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda dan jawaban menjadi ganda.
Mengapa soal UN Biologi menjadi demikian Unpredicted?, menurut informasi dari pusat penilaian pendidikan karena kita belum membuat analisis SK-KD dengan benar. Kita selalu underestimated karena salah dalam menganalisis SK menjadi indicator pembelajaran pada saat menyusun silabus. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditetapkan oleh BSNP, merupakan kompetensi dasar terendah yang harus dikuasai oleh siswa, namun sayang dalam beberapa hal kita justru menyusun indicator yang tingkat kognitifnya lebih rendah dari SK-KD. Ini bukan kesalahan kita sepenuhnya, karena dalam diklat atau pelatihan pengembangan silabus, Tutor juga memiliki persepsi yang salah.
Bagaimana kita harus menyusun indikator soal prediksi UN?... sebaiknya kita ukur saja kebutuhan kita. Jika pola soal UN menginginkan tingkat kognitif tinggi maka kita susun indicator yang mirip dengan itu.
Dalam waktu yang relatif mepet, tentu kita tidak mungkin lagi untuk melakukan rekonstruksi materi yang belum dikuasai oleh siswa. Tindakan yang dapat kita ambil adalah memperkuat materi yang sudah kuat dan meningkatkan penguasaan siswa pada materi yang belum dikuasai secara maksimal. dengan harapan siswa dapat menjawab dengan tepat materi tersebut.
Perbaikan dapat pula dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas yang lebih bermakna. Jika selama ini model drill dan pembahasan soal dirasa kurang efektif maka dapat dirubah menjadi model sharing dan schaffolding.
susunan tempat duduk siswa diurutkan seperti saat UN berlangsung dan dibentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang yang tempat duduknya berdekatan. setiap kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan paket soal yang sama, dengan kesepakatan nomor yang tidak bisa dikerjakan ditinggalkan. pada sesi berikutnya dilakukan inventarisasi soal yang tidak dapat dikerjakan oleh setiap kelompok. selanjutnya kelompok yang bisa mengerjakan soal yang tidak dapat dikerjakan kelompok lain akan diberi kesempatan sharing pada temannya. Bila ada nomor soal yang mungkin tidak dapat diselesaikan oleh semua kelompok , maka guru harus segera melibatkan diri untuk menyelesaikannya.
mudah-mudah model pembelajaran ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan penguasaan materi oleh siswa sekaligus meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. SELAMAT BERJUANG..........